Jumat, 01 April 2011

Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara


Sebagai sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat kemerdekaan bangsa Indonesia, maka tercetuslah ide pembangunan masjid agung sebagai masjid Negara di Jakarta oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim.
Pada tanggal 7 Desember 1954, beberapa tokoh Islam kemudian mendirikan sebuah Yayasan yang diberi nama Yayasan Masjid Istiqlal. Tujuan dari yayasan ini adalah mendirikan sebuah masjid agung dengan nama Masjid Istiqlal yang artinya Kemerdekaan.

Anwar Cokroaminoto yang ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal ini kemudian menyampaikan ide pembangunan masjid ini kepada Presiden Soekarno dan ternyata mendapat sambutan yang hangat. Bahkan secara langsung presiden Soekarno mengusulkan agar lokasi pembangunan masjid bertempat di kawasan Pasar Baru seperti yang ada sekarang.

Masjid ini didirikan pada tahun 1961 dan selesai pada tahun 1978. Pembangunan masjid memerlukan waktu sekitar 17 tahun, berawal pada masa Presiden Soekarno dan diresmikan penggunaannya pada masa Presiden Soeharto.

Proses pembangunan masjid diawali oleh sebuah sayembara untuk memperoleh sebuah rencana untuk menggambar Masjid Istiqlal. Peserta yang terdaftar ada 30 orang dan hanya 27 peserta saja yang menyerahkan gambarnya. Diantara mereka hanya ada 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba dan hanya ada 5 pemenang dalam sayembara ini, yaitu F. Silaban dengan sandi "Ketuhanan", R. Oetoyo dengan sandi "Istighfar," Hans Groenewegen dengan sandi "salam," lima orang mahasiswa ITB dengan sandi "ilham," dan Tiga orang mahasiswa ITB dengan sandi "Khatulistiwa."

Setelah diadakan penilaian terhadap kelima peserta tersebut, para juri sepakat memilih rancangan gambar milik F. Silaban dengan sandi "Ketuhanan" Hingga jadilah sebuah masjid yang megah sebagaimana yang kita saksikan sekarang yang juga tercatat sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Menariknya, Silaban bukanlah penganut Islam. Ini membuktikan bahwa toleransi beragama para pendahulu sudah demikian besarnya.

Luas areal tanah masjid yang keseluruhannya mencapai 9,5 hektar ini terdiri atas komponen-komponen penyusunnya. Struktur bangunan masjid Istiqlal terdiri atas gedung induk, gedung pendahuluan, teras raksasa, dan menara dan bedug.

Gedung induk terdiri dari lantai yang berfungsi untuk shalat berkapasitas 16.000 orang dan pada samping kiri, kanan serta belakang terdapat lantai bertingkat lima yang dapat menampung jamaah sebanyak 61.000 orang. Gedung ini memiliki 12 pilar besar sebagai symbol tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar tersebut menyangga kubah raksasa yang memiliki garis tengah 45 m. Angka tersebut merupakan symbol tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada kubah tersebut tertulis Ayat Kursi dan surat Al-Ikhlas yang diawali dengan basmalah. Pada dinding bagian depan masjid ini terdapat tulisan kaligrafi, disebelah kanan dan kiri terdapat lafazd Allah dan Muhammad. Sedangkan pada bagian tengah agak ke atas ada tulisan “Laa ilaaha Illallah”. Di bawah tulisan ini terdapat suatu tempat yang terdiri dari Mihrab dan Mimbar.

Di belakang gedung induk terdapat gedung pendahuluan yang berfungsi sebagai penghubung ke lantai atas. Selain itu juga berfungsi menampung jamaah shalat sebanyak 8.000 orang. Di atasnya terdapat sebuah kubah bergaris tengah 8 m yang dijadikan sebagai symbol bulan agustus bagi kemerdekaan RI.

Masjid Istiqlal mempunyai teras raksasa yang berukuran 19.800 m2 yang dapat menampung sekitar 50.000 jama’ah. Bangunan ini memiliki emper keliling yang berfungsi sebagai tempat penghubung ke gedung induk dan gedung pendahuluan. Teras raksasa ini tidak parallel dengan gedung induk yang menghadap kea rah kiblat, tapi mengarah ke Monumen Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid Istiqlal sebagai Masjid Nasional memiliki kaitan yang sangat erat dengan sejarah bangsa Indonesia.

  Berdiri tegak dan lurus menembus langit biru. Tampak indah dan bargaya arsitektur modern. Menara ini dirancang berlubang-lubang, tingginya mancapai 6.666 cm sesuai dengan jumlah ayat yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an. Puncak menara yang terbuat dari baja tahan karat seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter ini pada awalnya sebagai tempat dikumandangkannya adzan, namun sekarang hanya sebagai tempat pengeras suara.

Di bawah menara terdapat sebuah bedug berukuran besar dengan garis tengah 1,71 m, terbuat dari kayu dan kulit sapi. Bedug ini merupakan hasil kreativitas yang melambangkan kebudayaan Islam lokal. (tbs/tbs)

Sumber: detikcom

0 komentar:

Posting Komentar